Kamis, 06 Mei 2010

Music Mixer

1. Mitos Dibalik Mixer

Banyak orang menyangka bahwa mixer bukanlah bagian penting dari peralatan sound system mereka, dan mereka hanya membeli mixer murahanyang tidak sesuai dengan apa yang mereka butuhkan. Ditambah lagi dengan kondisi perekonomian seperti pada saat ini banyak sekali tempat hiburan, rumah ibadah dan gedung pertemuan tidak mampu membeli mixer yang baik. Faktor kejernihan suara, dan akuratnya penyetelan sering kali menjadi terabaikan, dan ini banyak membuat para operator sound system menjadi pusing tujuh keliling. Banyak orang yang mampu membeli speaker, power, peralatan penunjang lainnya dengan kualitas yang baik dan harga yang mahal, akan tetapi tidak untuk membeli mixer.

Sebuah mixer yang baik tentu saja akan memiliki suara yang baik pula, dan dapat memenuhi kebutuhan dari pada system yang kita pasang. Jika kebutuhan kita untuk system yang kita pasang masih belum bisa terpenuhi, maka dapat kita katakan mixer tersebut masih kurang baik untuk system kita. Walaupun mixer tersebut memiliki kualitas yang sangat baik dan tentu saja harga yang cukup mahal. Dalam hal ini juga harus kita pertimbangkan kegunaan dan tentu saja kemampuan orang yang akan menggunakannya. Mixer dengan berbagai fasilitas akan menjadi tidak termanfaatkan jika orang yang menggunakannya tidak paham betul apa yang sedang dia pergunakan. Akan tetapi mohon menjadi catatan kita semua, kualitas dari pada suara system yang kita pasang tidak hanya bergantung dari pada mixer saja, melainkan juga dari banyak komponen lainnya. Mixer memang alat yang cukup rumit sehingga, seringkali harganya pun cukup mahal, kita bahkan bisa menukar sebuah mixer yang cukup baik dengan sebuah rumah mewah.

2. Apa yang Dimaksud Dengan Mixer

Mixer adalah sebuah alat yang digunakan untuk menyatukan, memproses dan menyalurkan kembali sinyal suara yang sudah diolah. Mixer dapat dipergunakan secara luas, dan tidak hanya dipergunakan untuk menggabung-gabungkan suara akan tetapi dapat pula kita pergunakan untuk mengolah suara menjadi terdengar lebih baik.

3. Mixer Digital dan Mixer Analog

Dalam jaman yang sudah sangat maju seperti pada saat ini kita bisa mengkategorikan mixer berdasarkan berbagai macam kategori. Salah satu kategori yang cukup besar dan mencakup berbagai kategori lainnya adalah; mixer digital dan mixer analog. Mixer digital adalah mixer yang pengolahan sinyal yang melaluinya dalam bentuk digital atau dalam bentuk data digital. Sedangkan mixer analog adalah mixer yang mengolah sinyal yang melaluinya dalam bentuk analog atau dengan mengubah variabel besaran arus listrik yang melaluinya.

Mixer digital tidak selalu bentuk hardware-nya virtual atau hanya dapat kita lihat dalam tampilan layar komputer saja, melainkan banyak pula yang bentuk hardware-nya dapat kita pegang atau kita set. Mixer yang demikian kita harus tetap sebut mixer digital walaupun ada banyak tombol yang harus kita set secara analog. Manakah yang lebih unggul? Umumnya pertanyaan ini yang ada dalam benak kita. Masih banyak orang yang menganggap suara analog masih lebih unggul dari pada suara digital, memang suara digital yang kita dengar tahun 1980-an pada saat CD baru pertama kali keluar masih kalah jauh dengan suara analog. Akan tetapi suara digital yang ada saat ini sudah melompat jauh ke depan dan memiliki kehalusan dan kejernihan suara yang lebih baik lagi tentunya.

Kelebihan lain dari mixer digital adalah kita dapat menyimpan semua penyetelan yang kita set pada mixer tersebut dalam bentuk data digital. Dan bahkan dapat menyimpan penyetelan peracara yang akan kita lalui pada hari itu. Disamping itu dapat pula kita menyimpan penyetalan equalizer, gate, compressor, dan effek khusus untuk satu individu atau alat musik tertentu. Fasilitas ini memudahkan kita pada saat kita membutuhkannya, sehingga untuk mengembalikannya ke penyetelan yang kita inginkan hanya membutuhkan waktu beberapa detik saja.

Dalam perbandingan ini bukan hanya kualitas suara yang menjadi pertimbangan melainkan juga kemudahan penggunaan dan juga fasilitas penunjang lainnya yang dapat kita pergunakan dalam mixer tersebut. Seperti misalnya adanya compressor, gate, audio delay, full parametrik equalizer, bahkan saat ini ada yang sudah menambahkan grafik equlizer di dalam mixer tersebut. Sehingga membeli mixer digital dengan fasilitas-fasilitas ini akan menghemat dana secara besar-besaran, hanya saja operator dituntut untuk mampu mebayangkan mixer tersebut secara virtual. Untuk membahas mixer digital lebih dalam lagi akan kita bahas di kesempatan lain.

4. Jenis-Jenis Mixer

Mixer dapat kita bagi berdasarkan jenis penggunaannya, ada beberapa penggolongan mixer berdasarkan jenis penggunaannya, sebagai berikut :

a. Mixer Live Utama

Ini adalah mixer yang kita umum pergunakan untuk pertujukan live, mixer ini berfungsi untuk memixing sinyal yang dikirim dari panggung, untuk dapat diproses dan dikirim ke alat pengatur suara lainnya kemudian ke speaker. Sebenarnya mixer ini dapat pula berfungsi sekaligus untuk memixing monitor panggung, hanya saja untuk keleluasaan di panggung orang sering kali menambahkan mixer monitor.

Perbedaan mendasar dari mixer ini dengan mixer monitor adalah jumlah aux pada mixer monitor lebih banyak. Sedangkan pada mixer live utama pada umumnya output dalam bentuk buss atau atau matrix terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan mixer monitor.

b. Mixer Live Monitor

Seperti telah disebutkan di atas terdapat beberapa perbedaan antara mixer live utama dengan mixer live monitor. Mixer live monitor umumnya memiliki auxillary output yang cukup banyak, Yamaha GA 12 memiliki aux hingga 12 buah, atau bahkan Midas Siena dengan 16 aux.

Fasilitas ini disediakan oleh karena setiap monitor seringkali pendengarnya ingin suara-suara tertentu saja yang ada pada monitor terseubut. Biasanya mixer ini diletakkan di samping panggung agar dekat dengan pengguna fasilitas ini yang berada di panggung.

c. Mixer Recording

Mixer recording banyak berbeda dari mixer live, pada umumnya pada mixer ini ditambahkan fasilitas flip untuk memindahkan input yang masuk ke dalam mixer tersebut. Filp digunakan untuk menukar input dari sumber dengan keluaran dari alat perekam, ini dimaksudkan agar memudahkan pada saat merekam dan me-mix down-nya.

Mixer recording yang moderen saat ini juga telah dilengkapi dengan fasilitas unuk memixing surround channel. Tambahan lainnya adalah MMC atau Midi Machine Control atau tombol-tombol untuk mengendalikan alat perekam atau bahkan sotware untuk merekam.

d. Matrix Mixer

Bentuk modern dari mixer ini dilengkapi dengan sotfware atau dapat kita kendalikan dengan komputer. Sebelumnya mixer ini berupa tombol-tombol saja untuk menggabungkan suara ketempat yang kita inginkan, ditambah dengan potensio gain. Mixer ini lebih banyak difungsikan untuk tempat yang memiliki banyak ruangan dan menginginkan penggunaan yang berbeda dan suara yang dihasilkan dari setiap speaker dalam masing-masing ruang bersuara berbeda.

Mixer ini dapat menyalurkan sinyal dari satu ruang ke ruang lainnya tau bahkan menggabungkan seluruh ruangan dengan 1 buah sumber suara. Mixer ini pada umumnya ditempatkan pada ruangan kontrol audio dan video dalam sebuah gedung.

e. Automatic Mixer

Ini adalah mixer yang bekerja menghidupkan atau mmatikan microphone secara otomatis berdasarkan perhitungan NOM atau number of open microphone atau banyaknya microphone yang terbuka pada saat yang bersamaan. Mixer ini dugunakan pada tempat-temat yang tidak memerlukan operator, sepeti rumah ibadah sederhana, ruang sidang, dan lain-lain.

Mixer ini akan mematikan microhone yang tidak dipergunakan dan menyalakan microhone langsung pada saat digunakan berbicara. Dengan demikian feedback dapat dihindari.

f. Zone Mixer

Zone mixer adalah mixer yang dipergunakan untuk memixing berbagai sumber dan menyebarkannya ke area-area tertentu. Penggunaannya mirip matrix mixer hanya saja pada zone mixer ditambahkan pula beberapa fasilitas lainnya yang dapat menunjang penggunaannya. Salah satunya biasanya adanya fasilitas channel untuk paging atau untuk memanggil orang, fasilitas ini dilengkapi dengan gate yang akan bekerja menekan lagu latar belakang yang sedang diputar agar panggilan yang disuarakan melalui microphone menjadi jelas terdengar dan lagu latar belakang menjadi mengecil volumenya.

Fasilitas lainnya adalah adanya volume untuk menyalurkan sinyal suara ke zona-zona yang berbeda-beda. Pada bagian channel input biasanya terdapat pula tombol untuk memilih zona, sehingga kita bisa memasukkan suara tertentu ke satu zona saja atau ke zona yang lainnya. Oleh karena itu mixer ini banyak digunakan untuk restoran, gedung perkantoran, dan lain-lain.

g. Sub Mixer

Mixer ini dipergunakan apabila kita mengginkan channel tambahan, atau dapat pula beberapa grup band ingin tampil dalam satu acara tanpa kita harus repot-repot mengubah penyetelan mixer utama. Kegunaan lainnya adalah dapat digunakan untuk pemain keyboard yang memainkan beberapa buah keyboard dan sound modul, padahal dia hanya memiliki sebuah amplifier monitor. Atau bahkan kita ingin menggabungkan beberapa sumber suara ke dalam 2 channel saja atau stereo channel saja.

Kita dapat menggunakan mixer kecil biasa hingga mixer besar untuk aplikasi ini, dan tidak diperlukan mixer dengan bentuk khusus untuk aplikasi ini.

h. Line Level Mixer

Mixer ini hanya dapat kita pergunakan untuk menggabungkan sinyal dengan impedansi line level, dan bukan untuk me-mixing microhone. Pada umumnya mixer ini digunakan sebagai sub mixer. Pada umumnya bentuk mixer ini hanya satu unit rak saja.

i. DJ Mixer

Bentuk mixer ini beragam dan bermacam-macam, dari mixer dj untuk scratch hingga mixer untuk club. Yang membedakan mixer ini dengan mixer lainnya adalah adanya tambahan untuk cross fade. Cross fade digunakan untuk memindahkan channel yang sedang kita pegunakan ke channel lain yang ingin kita masukkan ke dalam mixer, cross fader akan memindahkannya sesuai dengan kecepatan kita menggerakkan cross fader.

j. Splitter Mixer

Mixer ini adalah sub mixer ataupun line level mixer, hanya saja bisa berfungsi sebagai splitter, yaitu pembagi sinyal.

k. Mixer Broadcast

Ini mungkin adalah jenis mixer yang paling berbeda baik dalam buntuk dan penggunaannya. Pada mixer ini tidak terdapat tombol-tombol untuk mengubah parameter-parameter yang ada, biasanya di sediakan di dalam mixer tersebut. Untuk jenis mixer ini akan kita bahas lain waktu.

5. Fungsi Dasar Mixer

Mixer adalah fungsi dasar yang di desain orang untuk melalukan sinyal audio yang dapat kita kendalikan dalam berbagai tingkatan. Fungsi ini dimaksudkan agar operator dapat dengan optimal memanfaatkan jalur-jalur di dalam system tersebut, untuk dapat mencapai tingkat optimal antara perbandingan sinyal dan noise. Bagian pertama, adalah penguatan input, pengutan ini ditujukan agar sinyal yang masuk dapat kita kendalikan dan mencapai tingkat yang cukup besar (atau optimum), tanpa membuat channel tersebut menjadi overload. Fungsi ini juga harus kita sesuaikan dengan posisi fader yang kita inginkan. Fader pada umumnya ditempatkan dibagian bawah modul channel mixer, letak ini ditujukan untuk memudahkan operator untuk mengesetnya. Lebih disukai fader yang menggunkan potensio slider dibandingkan dengan potensio putar. Fader akan kita gunakan untuk menyetel berapa banyak sinyal yang kita ingin kirimkan ke master output ataupun sub group.

Untuk memudahkan penggunaan mixer, mari kita lihat mixer dari bagian atas. Berdasarkan blok rangkaian PCB (sirkuit) di dalam mixer kita dapat bagi mixer ini dalam modul input, modul input stereo, modul sub group dan aux, dan terakhir modul master output.

5.1. Modul Input Mono

Gain

Penguatan input yang pertama adalah tombol gain, tombol ini berada paling atas dari suatu mixer menandakan bahwa inilah pintu pertama bagi masuknya sinyal ke dalam mixer. Tombol ini dapat digunakan untuk menambah atau mengurangi sinyal yang masuk atau bahkan menyetopnya sama sekali. Tombol ini berupa potensio putar yang dapat diputar searah jarum jam dan sesuai dengan penambahan besarnya input yang kita ingin masukkan.

Switch Microphone atau Line Level

Switch ini kita pergunakan untuk memilih impedansi atau ada juga yang dipergunakan untuk memilih input yang ingin kita pergunakan apakah input mic atau input line. Untuk mixer dengan switch pemilihan input biasanya masih dilengkapi lagi dengan switch untuk mengurangi input atau sering disebut dengan Pad.

Switch Pembalik Fasa

Pembalik fasa dipergunakan untuk membalik positif dari pin XLR nomor 2 menjadi nomor 3 dan negatif sebaliknya. Kita bisa pergunakan untuk mengurangi feedback, atau juga microphone pada bagian atas dan bawah snare, sehingga bagian bawah harus kita balik fasanya.

Switch High Pass Filter

Umumnya switch ini dipergunakan untuk melalukan suara tinggi di atas frekuansi yang telah di tentukan oleh filter tersebut. Biasanya frekuensi filter ini berada diantara 80 Hz hingga 100 Hz, ini dapat kita gunakan untuk mengurangi kebisingan suara rendah yang masuk melalui microphone.

Tombol-Tombol Equalizer

Tombol-tombol equalizer terdiri dari tombol gain, frekuensi, bahkan ada pula tombol untuk mengatur q (lebar sempitnya kurva). Gain umunya +15 db, gain ini ditujukan untuk menambah atau mengurangi, sedangkan tombol frekuensi digunakan untuk mencari frekuensi yang tepat untuk kita tambah atau kita kurangi.

Mixer-mixer yang mahal memberikan pula tombol pengatur q, atau tombol untuk mengatur lebar sempitnya kurva frekuensi yang akan kita tambah atau kurangi. Equalizer pada mixer merupakan point penting bagi penilaian orang membeli mixer. Kehalusan dan kemapuan eq menjadi point penilaian.

Tombol-Tombol Aux

Aux pada mixer terdapat 2 macam, pre fader dan post fader. Pre fader umumnya sinyal dikeluarkan sesudah melalui tombol mute tetapi belum melewati fader. Sedangkan post fader sinyal dikeluarkan setelah fader, sehingga besar kecilnya sinyal akan tergantung dari naik turunnya fader pada channel tersebut.

Aux Pre umumnya dipergunakan untuk monitor panggung karena kita tidak menginginkan monitor panggung terpengaruh dengan naik turunya fader. Aux Post sangat baik untuk rekaman, atau kita bisa pergunakan untuk mengirikan suara ke sub, ataupun untuk mengirimkan sinyal untuk broadcast.

Tombol Pan (Panoramic Control)

Penyetelan pan dapat kita pergunakan untuk membuat suara menjadi pindah ke kiri atau ke kanan. Atau dapat juga kita pergunakan untuk mengirim sinyal hanya ke sub group 1 atau hanya ke sub group 2 saja.

Switch On/Mute

Ada mixer yang menyebut switch ini Mute ada pula yang menyebut mute. Switch ini hanya dipergunakan untuk mematikan channel.

Switch Master / Mix / L-R

Switch ini dipergunakan untuk mengirim sinyal ke Modul Master untuk Stereo Ouput.

Switch Mono

Switch ini dipergunakan untuk mengirim sinyal ke Modul Master untuk Mono Output

Switch Sub Group (1-2, 3-4, & Seterusnya)

Switch ini dipergunakan untuk mengirim sinyal ke Modul sub group.

Switch Mute Group

Fasilitas ini dapat kita pergunakan untuk mengolong-golongkan channel input ke dalam beberapa nomor mute group. Sehingga kita tidak perlu mematikannya satu persatu jika kita tidak membutuhkannya.

Switch PFL (Pre Fader Listen)

Pre fader listen atau PFL kita pergunakan untuk mendengarkan suara apa yang masuk ke dalam channel tersebut. Selain itu dengan menekan switch ini kita juga akan dapat melihat berapa banyak sinyal yang masuk ke dalam channel tersebut pada meter yang ada pada mixer kita.

Gain Volume Input (Fader Slider / Potensio Geser)

Fader ini dipergunakan untuk menaikkan dan menurunkan volume suara yang telah di-equalizer untuk diteruskan ke master ataupun subgroup tergantung dari pada switch tujuan sinyal yang sudah kita tekan.

Tombol Phantom Power

Mixer-mixer besar pada umumnya sudah memiliki tombol ini di bagian channel input. Tujuan dari pada tombol ini adalah agar channel tersebut dapat memberikan suplai listrik sebesar 48 volt ke alat yang membutuhkan, seperti mic condenser ataupun alat lainnya. Mixer dengan harga yang murah biasanya hanya memiliki 1 buah tombol phantom power untuk semua channel.

5.2. Modul Input Stereo

Modul input ini tidak berbeda dengan modul input mono, hanya saja konektor inputnya telah dipersiapkan 2 buah untuk input sinya kiri dan kanan. Perbedaanya hanya pada equalizer pada channel tersebut tidak selengkap pada channel mono. Demikian pula dengan impedansi channel tersebut pada umumnya hanya dapat dipergunakan untuk input line saja.

Ada pula beberapa mixer tertentu yang menambahkan fasilitas lain pada channel ini, yaitu channel ini tetap dapat digunakan untuk microphone mono.

5.3. Modul Sub Group Output dan Master Aux Output

Modul ini dapat kita gunakan untuk mengontrol berapa banyak Sub Group atau Aux yang ingin kita keluarkan atau bahkan campurkan kembali ke Master. Baik Aux maupun Sub Group memiliki tombol-tombol yang dapat kita pergunakan untuk mengontrol volume Sub Group maupun Aux.

Gain Volume Potensio Master Aux

Potensio Aux pada umumnya adalah potensio putar, berbeda dari master maupun sub group yang merupakan potensio geser.

AFL Untuk Master Aux dan Master Sub Group dan

AFL adalah singkatan dari After Fader Listen, yang di maksud engan after fader listen adalah sinyal baru dapat kita dengarkan apabila tombol mute telah kita buka dan volume atau fader telah kita buka. Tombol ini dapat kita pergunakan untuk mendengarkan isi dari pada fader atau potensio putar tersebut.

Tombol Penukar Master Aux Dengan Master Sub Group

Beberapa merek mixer menyediakan fasilitas ini yang dapat kita gunakan untuk menukar fader untuk Sub Group dengan potensio untuk Aux Master sehingga keduanya bertukar tempat.

Mute Pada Sub Group

Tombol ini kita pergunakan untuk mematikan Sub Group agar tidak tembus ke Sub Group output ataupun ke Master output.

Pan Pada Sub Group

Pan pada Sub Group kita gunakan untuk membuat sub group menjadi mono atau dapat kita buat menjadi stereo. Atau dengan kata lain kita dapat membuatnya menjadi lebih bertenaga dengan membuatnya dalam kondisi mono.

Gain Volume Potensio Sub Group

Potensio Sub Group adalah berupa fader atau potensio geser seperti pada channel input.

Tombol Untuk Menyatukan Sub Group ke Master (Mix / L-R)

Tombol ini kita pergunakan untuk menyalurkan apa yang telah kita mix di sub group ke Master sebagai output keluaran akhir. Jika kita tekan maka sinyal akan secara otomatis di salurkan ke Master Out, jika tidak maka Sub Group akan berdiri sendiri, dan dapat kita salurkan outputnya secara langsung.

Matrix Out

Matrix Out adalah tambahan output yang kita pergunakan untuk menyalurkan sinyal yang telah kita mix ulang, biasanya dengan me-mix ulang subgroup kita. Matrix minimal terdiri dari 2 matrix A dan B, matrix dapat kita pergunakan untuk mengirim ke speaker di area lain, untuk merekam, bahkan untuk siaran langsung sekalipun.

5.4. Modul Master Output

Pada modul Master kita masih dapat menaikkan dan menurunkan volume seluruh hasil mixing kita.

Master Output AFL

Jika kita tekan tombol ini kita dapat mendengarkan sinyal audio seperti apa yang ada pada master kita. Tentu saja oleh kerena tombol ini adalah tombol AFL maka kita baru bisa mendengarkannya setelah kita membuka volume fader dan mengangkat tombol mute.

Master Output Mute

Tombol ini dapat kita gunakan untuk mematikan output sinyal dari master volume potensio.

Master Output Volume Fader

Potensio volume Master adalah berupa fader atau potensio geser seperti pada channel input dan Sub Group.

Fasilitas Talk Back

Fasilitas ini dapat kita gunakan untuk berbicara kepada lawan bicara kita yang berada di panggung melalui Aux (jika kita pergunakan sebagai monitor), seluruh orang yang berada di depan speaker utama (Master), atau pun ke tempat lainnya.

Fasilitas Mute Group

Mute Group hanya terdapat pada mixer besar pada umumnya. Fasilitas ini ditujukan agar kita tidak pelu repot mematikan channel input secara individual. Melainkan dapat kita golong-golongkan ke dalam beberapa mute group.

Headphone Volume

Headphone volume dapat kita pergunakan untuk menaik turunkan volume pada headphone sehingga kita dapa mendengar lebih jelas. Harap menjadi catatan biasnya volume PFL atau AFL akan lebih besar daripada volume Master, diharapkan kita tidak lupa mengecilkannya sebelum kita memindahkannya.

Gambar 1. Tampak mixer dari atas, menunjukkan modul input mono, modul input stereo, modul aux, matrix, subgroup, dan modul master.

Gambar 1. Tampak mixer dari atas, menunjukkan modul input mono, modul input stereo, modul aux, matrix, subgroup, dan modul master.

Gambar 2. Tampak belakang mixer, menunjukkan konektor modul input mono, modul input stereo, modul aux, matrix, subgroup, dan modul master.

Gambar 2. Tampak belakang mixer, menunjukkan konektor modul input mono, modul input stereo, modul aux, matrix, subgroup, dan modul master.

0 komentar

Konfigurasi dasar Router Cisco

Salah satu area yang menjadi perhatian khusus dalam manajemen informasi informasi adalah melindungi keamanan bangunan fisik dan lingkungan dimana salah satunya adalah ruangan tempat diletakkannya jaringan router (umumnya Cisco router) untuk business anda. Disamping mengamankan fisik router itu sendiri, router juga perlu diproteksi dengan melakukan konfigurasi Cisco router yang salah satunya adalah memberikan password.

Salah satu tugas dasar dalam melakukan konfigurasi Cisco router adalah membatasi akses kepada system router itu sendiri meliputi enable dan enable secret password, dan tidak lupa juga memberikan pesan MOTD dan lain2, sebelum membuat suatu rule base security dengan konfigurasi access-list yang aman.

Konfigurasi Cisco Router password

Konfigurasi cisco router untuk membatasi akses system dengan password ada dua jenis yaitu “enable” dan “enable secret” passwords. Anda harus melindungi password ini dengan aman untuk melindungi serangan intruders.

  • Password dipakai untuk mengendalikan access ke modus privileged EXEC
  • Password enable disimpan dalam clear text (tidak di inkripsi), password bisa dilihat jika mereview konfigurasi Cisco router dengan command show run
  • Password enable secret di inkripsi, jika dijalankan command show run akan kelihatan bahwa password tersebut tidak dalam clear text, akan tetapi di inkripsi
  • Jika ada password enable secret pada konfigurasi Cisco router tersebut, maka cisco router ajan menggunakan enable secret
  • Kedua password enabe dan enable secret haruslah berbeda demi keamanan.

Bagaimana cara melakukan konfigurasi cisco router untuk mensetup password?

Setting password cisco router

Untuk melakukan setting gunakan Router (config)# enable password
Untuk setting enable secret password gunakan: Router (config)# enable secret

Setting password VTY line

Konfigurasi Cisco router dengan membatasi akses system juga bisa menggunakan control password pada line console dan koneksi virtual terminal. Terminal VTY baru bisa digunakan jika sudah diberikan password untuk akses lewat terminal vrtual atau umumnya dikenal lewat koneksi Telnet.

Beralih ke konfigurasi line mode untuk console Router (config)# line con
Beralih ke konfigurasi line mode untuk virtual terminal Router (config)# line vty
Untuk set password Router (config-line)# password
Untuk meng-enable terminal dan juga perlunya password gunakan Router (config-line)# login

Contoh:

Berikut ini memberikan password “cracker” pada console dan enable password

Router (config)# line con 0

Router (config-line)# password cracker

Router (config-line)# login

Command berikut mensetting password “cracker” untuk semua koneksi VTY pada router Cisco dan juga enable password

Router (config)# line vty 0 4

Router (config-line)# password cracker

Router (config-line)# login

Konfigurasi Cisco Router – Banner

Adakalanya kita memerlukan pesan legal kepada router saat seseorang logon kepada system router dengan menggunakan command banner. Ada empat macam tampilan banner yang bisa digunakan saat login dan rangkaian startup.

  • MOTD (message of the day) – akan menampilkan pesan banner MOTD segera sesaat koneksi terbentuk kepada router cisco
  • Login – akan tampil setelah pesan banner MOTD dan sebelum promp Login
  • EXEC – pesan yang ditampilkan sesaat user berhasil login
  • Incoming – menampilkan saat sesi reverse telnet
Untuk konfigurasi Cisco router menampilkan pesan MOTD Router (config)# banner motd
Untuk setup banner Login Router (config)# banner login
Untuk setup banner EXEC Router (config)# banner exec

Mengikuti command banner, gunakan character delimiter. Buka dan tutup dengan text delimiter agar Cisco router bisa meng-identifikasi awal dan akhir dari pesan banner.

Misalkan:

Command berikut mensetup banner MOTD, Login, dan EXEC menggunakan text delimiter “#” dan menyisipkan line baru antar pesan banner

Router (config)# banner motd # ini adalah pesan Meesae-of-the-Day!#

Router (config)# banner login #

This is the login banner! #

Router (config)# banner exec #

This is the Exec banner!#

Apapun yang diketik akan dianggap bagian dari banner sampai anda menutupnya dengan text delimiter (misal #). Hal ini termasuk karakter2 lain seperti ganti baris, spasi, dan sebaginya. Makanya jika anda membuat banner maka definisikan text delimiter yang akan dipakai, yang merupakan symbol start dan finish dalam pesan banner yang tidak akan tampil pada pesan banner tersebut. Delimiter karakter ini memberitahukan kepada router bahwa text banner selesai. Banner akan tampil pada screen persis seperti yang anda ketik pada konfigurasi Cisco router anda.

Untuk menghapus apapun yang anda ketik dalam konfigurasi Cisco router, awali dengan karakter “no”. misalkan jika untuk konfigrasi cisco “banner motd “ini contoh banner” yang diset untuk banner MOTD, maka untuk menhapusnya gunakan command sisipan no, “no banner motd”.

Memberikan password kepada suatu system haruslah kuat agar tidak gampang ditebak. Lihat juga Petunjuk keamanan dalam hal password di artikel sebelumnya.

Enable IP Interface

Konfigurasi Cisco router berikutnya mengenai Interface IP. Secara default router Cisco port console adalah sudah enable. Anda perlu melakukan konfigurasi untuk port interface WAN (untuk komunikasi WAN link misal untuk frame relay, atau PPTP, dan ISDN) dan LAN sebelum router tersebut bisa digunakan untuk berkomunikasi. Konfigurasi Cisco router paling dasar adalah memberikan IP address kepada interface dan mengaktifkannya.

Catatan: IP dan IP routing sudah enable by default, akan tetapi anda harus melakukan konfigurasi interface dengan sebuah IP address sebelum bisa melakukan koneksi lewat terminal virtual.

Untuk melakukan konfigurasi IP address cisco router pada interface lakukan step berikut:

  1. Masuk ke mode global configuration dengan mengetikkan command “config t” dari EXEC mode
  2. Pindah ke mode interface configuration yang dimaksudkan, misal “int s0” masuk ke interface serial #0 (pertama)
  3. Gunakan command untuk melakukan perubahan seperlunya
  4. Exit dari privilege mode dan save perubahan anda

Setting IP address

Lakukan langkah berikut untuk melakukan konfigurasi IP address Cisco router

Set IP address pada interface Router (config-if)#ip address
Kemudian aktifkan interface tersebut Router (config-if)# no shutdown
Untuk melihat konfigurasi IP address pada interface gunakan Router (config)#show interfaces

Atau:

Router (config)#show protocols

Atau:

Router (config)#show ip interfaces

Contoh berikut adalah konfigurasi cisco router untuk setting IP address 192.168.200.101 pada interface Ethernet pertama (e0) dan mengaktifkannya:

Router (config)#int e0

Router (config-if)#ip address 192.168.200.101 255.255.255.0

Router (config-if)#no shutdown

Untuk memberikan identifikasi pada router gunakan hostname pada EXEC mode:

Router (config)# hostname Sysneta

Dan juga bisa mengunakan command description untuk mensetup keterangan pada interface misal:

Router (config)# config t

Router (config)# hostname Sysneta

Router (config)#int s0

Router (config-if)#description Sysneta koneksi ke router ITS serial line pertama

Perhatikan bahwa saat masuk mode configuration interface, maka ada perubahan prompt (Router (config-if)#)

Status interface Router Cisco

Status interface menunjukkan apakah link secara hardware kepada jaringan sudah berfungsi atau belum untuk menunjukkan kesiapan berkomunikasi dengan piranti lainnya. Saat anda melakukan troubleshooting router, status interface ini sangat membantu sekali.

Ada dua macam status interface:

  • Line status, menunjukkan apakah link hardware ke jaringan sudah berfungsi atau belum. Status ini berhubungan dengan layer Physical pada model OSI
  • Line protocol (link) status, menunjukkan status apakah kebutuhan software untuk berkomunikasi sudah berfungsi sempurna atau belum. Hal ini berhubungan dengan layer OSI Data Link

Status line interface ini memudahkan kita melakukan troubleshooting masalah koneksi router apakah link antara router ke jaringan bisa operasional.

Status Menunjukkan
Administratively down, line protocol down Interface ini shut down (dengan command shutdown)
Down, line protocol down Ada masalah dengan hardware atau masalah koneksi (layer Physical)

Tidak mendeteksi signal carrier

Up, line protocol is down Masalah koneksi dan komunikasi (pada layer Data Link)

No keepalives

Up, line protocol is up Link ini berfungsi sempurna

Konfigurasi Cisco Router Back-to-Back koneksi Serial

Saat anda melakukan konfigurasi Cisco router agar terhubung kepada jaringan melalui suatu interface serial, router harus terhubung ke suatu piranti (seperti CSU/DSU atau router lain) yang memberikan signal Clock. Jika anda melakukan konfigurasi router back-to-back melalui serial interface masing2, maka salah satu router tersebut harus berfungsi sebagai pemasok signal Clock. Router yang berfungsi sebagai pemasok clock disebut DCE (Data Circuit-terminating equipment). Router satunya yang menerima signal Clock disebut sebagai DTE (Data terminal equipment).

Interface DCE bisa diidentifikasikan dengan dua cara berikut ini:

  • Cable yang menghubungkan kedua router mempunyai kedua ujung DCE dan DTE. Hubungkan ujung DCE kepada interface router yang ingin dijadikan sebagai piranti DCE.
  • Interface DCE di konfigurasikan agar bisa memberikan signal clock dengan command “clock rate”. Jika command “clock rate” tidak dilakukan maka tidak ada signal clocking dan line kedua router tidak akan berubah menjadi status Up.

Konfigurasi Cisco router dengan Setup mode

Jika router Cisco anda baru dibeli dari pabrik, dia tidak mempunyai file startup-config. Makanya saat booting ia akan segera masuk ke setup mode. Setup mode merupakan rutin panduan yang menanyakan serangkaian pertanyaan dan menggunakan respon anda sebagai masukan dasar konfigurasi Cisco router anda.

Ada dua cara untuk masuk kepada mode Setup ini:

  • Booting router tanpa file startup-config. Hal ini bisa terjadi jika anda menghapus file startup-config yang sekarang atau jika anda boot dari router baru dibeli.
  • Anda menggunakan command setup dari mode privileged

Cisco Discovery Protocol (CDP)

Cisco Discovery Protocol (CDP) adalah protocol khusus Cisco yang dijalankan pada router Cisco, access server, dan switch. CDP berjalan pada layer Data Link. Router menggunakan broadcast data link untuk saling bertukar informasi satu sama lain, dan menyimpan dalam cache.

Command CDP memungkinkan anda melihat interface dan setting konfigurasi CDP pada router, dan untuk mendapatkan informasi tentang router yang terhubung langsung dengan jaringan. Jika CDP menyadari keberadaan router lainnya, anda bisa menggunakan nya untuk:

  • Set update, hold time, dan frequency dari broadcasts CDP
  • Display CDP, protocol, dan informasi interface
  • Menampilkan informasi CDP yang diterima dari router lain
  • Menampilkan CDP routers disekitarnya
  • Menampilkan traffic CDP pada jaringan

Catatan: CDP dapat informasi hanya tentang router yang terhubung langsung dengannya. Untuk menampilkan informasi CDP dari remote router, anda harus melakukan koneksi virtual VTP kepada router yang terhubung langsung dengannya.

Berikut adalah beberapa command CDP

Gunakan Untuk
Router (config)# cdp Modifikasi setting cdp pada router
Router (config)# cdp holdtime Spesifikasikan waktu didalam paket masih valid (defaultnya = 180 detik)
Router (config)# cdp timer Spesifikasikan seberapa sering paket CDP bertukaran (default = 60 detik)
Router (config)# cdp run Enable protocol CDP pada interface
Router (config)# no cdp run Disable CDP pada router, untuk menjaga router lain bertukar paket CDP
Router (config-if)# cdp enable Mengaktifkan CDP pada interface
Router (config-if)# no cdp enable Mematikan CDP pada interface
Show cdp Melihat informasi CDP (gunakan pada mode privilege EXEC
Show cdp entry Menunjukkan informasi tentang suatu interface tetangga tertentu
Show cdp interface Menunjukkan tentang informasi tetangga yang diakses melalui suatu interface
Show cdp neighbors Menjukkan tentang informasi semua piranti Cisco tetangga
Show cdp traffic Menunjukkan tentang informasi pertukaran paket CDP
0 komentar

Static Routing

Pada suatu jaringan bisnis berskala besar atau enterprise yang terdiri dari banyak lokasi yang tersebar secara remote, maka komunikasi antar site dengan management routing protocol yang bagus adalah suatu keharusan. Baik static route ataupun dynamic routing haruslah di design sedemikian rupa agar sangat efficient.

Suatu static route adalah suatu mekanisme routing yang tergantung dengan routing table dengan konfigurasi manual. Disisi lain dynamic routing adalah suatu mekanisme routing dimana pertukaran routing table antar router yang ada pada jaringan dilakukan secara dynamic. Lihat juga artikel memahami IP routing protocols.

Dalam skala jaringan yang kecil yang mungkin terdiri dari dua atau tiga router saja, pemakaian static route lebih umum dipakai. Static router (yang menggunakan solusi static route) haruslah di configure secara manual dan dimaintain secara terpisah karena tidak melakukan pertukaran informasi routing table secara dinamis dengan router-router lainnya. Lihat juga artikel tentang memahami hardware router.

Suatu static route akan berfungsi sempurna jika routing table berisi suatu route untuk setiap jaringan didalam internetwork yang mana dikonfigure secara manual oleh administrator jaringan. Setiap host pada jaringan harus dikonfigure untuk mengarah kepada default route atau default gateway agar cocok dengan IP address dari interface local router, dimana router memeriksa routing table dan menentukan route yang mana digunakan untuk meneruskan paket. Lihat juga DNS forwarding untuk memahami default gateway.

Konsep dasar dari routing adalah bahwa router meneruskan IP paket berdasarkan pada IP address tujuan yang ada dalam header IP paket. Dia mencocokkan IP address tujuan dengan routing table dengan harapan menemukan kecocokan entry – suatu entry yang menyatakan kepada router kemana paket selanjutnya harus diteruskan. Jika tidak ada kecocokan entry yang ada dalam routing table, dan tidak ada default route, maka router tersebut akan membuang paket tersebut. Untuk itu adalah sangat penting untuk mempunyai isian routing table yang tepat dan benar.

Static route terdiri dari command-command konfigurasi sendiri-sendiri untuk setiap route kepada router. sebuah router hanya akan meneruskan paket hanya kepada subnet-subnet yang ada pada routing table. Sebuah router selalu mengetahui route yang bersentuhan langsung kepada nya – keluar interface dari router yang mempunyai status “up and up” pada line interface dan protocolnya. Dengan menambahkan static route, sebuah router dapat diberitahukan kemana harus meneruskan paket-paket kepada subnet-subnet yang tidak bersentuhan langsung kepadanya.

Gambar berikut adalah contoh diagram agar memudahkan kita memahami bagaimana kita harus memberikan konfigurasi static route kepada router. Pada contoh berikut ini dua buah ping dilakukan untuk melakukan test connectivity IP dari Sydney router kepada router Perth.

Digram router static route

Router Sydney melakukan beberapa EXEC command dengan hanya kepada router-router yang terhubung langsung kepadanya.

Sydney#show ip route

Codes: C – connected, S – static, I – IGRP, R – RIP, M – mobile, B – BGP

D – EIGRP, EX – EIGRP external, O – OSPF, IA – OSPF inter area

N1 – OSPF NSSA external type 1, N2 – OSPF NSSA external type 2

E1 – OSPF external type 1, E2 – OSPF external type 2, E – EGP

i – IS-IS, L1 – IS-IS level-1, L2 – IS-IS level-2, ia – IS-IS inter area

* – candidate default, U – per-user static route, o – ODR

P – periodic downloaded static route

Gateway of last resort is not set

10.0.0.0/24 is subnetted, 3 subnets

C 10.20.1.0 is directly connected, Ethernet0

C 10.20.130.0 is directly connected, Serial1

C 10.20.128.0 is directly connected, Serial0

Sydney#ping 10.20.128.252

Type escape sequence to abort.

Sending 5, 100-byte ICMP Echos to 10.20.128.252, timeout is 2 seconds:

!!!!!

Success rate is 100 percent (5/5), round-trip min/avg/max = 4/4/8 ms

Sydney#ping 10.20.2.252

Type escape sequence to abort.

Sending 5, 100-byte ICMP Echos to 10.20.2.252, timeout is 2 seconds:

…..

Success rate is 0 percent (0/5)

Command ping mengirim paket pertama dan menunggu response. Jika diterima adanya respon, maka command menampilkan suatu karakter “!”. Jika tidak ada response diterima selama default time-out 2 seconds, maka command ping menampilkan response suatu karakter “.”. secara default router Cisco dengan command ping menampilkan 5 paket.

Pada contoh diagram diatas, command ping 10.20.128.252 adalah jalan bagus, akan tetapi untuk command ping 10.20.2.252 justru tidak jalan. Command ping pertama berjalan OK karena router Sydney mempunyai suatu route kepada subnet dimana 10.20.128.252 berada (pada subnet 10.20.128.0). akan tetapi, command ping 10.20.2.252 tidak jalan karena subnet dimana 10.20.2.252 berada (subnet 10.20.2.0) tidak terhubung langsung kepada router Sydney, jadi router Sydney tidak mempunyai suatu route pada subnet tersebut.

Untuk mengatasi masalah ini, maka perlu di-enabled pada ketiga router dengan routing protocols. Untuk konfigurasi sederhana seperti contoh diagram diatas, penggunaan route static adalah suatu solusi yang memadai.

Maka untuk router Sydney harus diberikan konfigurasi static route seperti berikut ini:

Ip route 10.20.2.0 255.255.255.9 10.20.128.252

Ip route 10.20.3.0 255.255.255.0 10.20.130.253

Pada command ip route haruslah diberikan nomor subnet dan juga IP address hop (router) berikutnya. Satu command ip route mendefinisikan suatu route kepada subnet 10.20.2.0 (mask 255.255.255.0), dimana berlokasi jauh di router Perth, sehingga IP address pada hop berikutnya pada router Sydney adalah 10.20.128.252, yang merupakan IP address serial0 dari router Perth. Serupa dengannya, suatu route kepada 10.20.3.0 yang merupakan subnet pada router Darwin, mengarah pada serial0 pada router Darwin yaitu 10.20.130.253. Ingat bahwa IP address pada hop berikutnya adalah IP address pada subnet yang terhubung langsung – dimana tujuannya adalah mengirim paket pada router berikutnya. Sekarang router Sydney sudah bisa meneruskan paket kepada kedua subnet di luar router tersebut (yang tidak bersentuhan pada router Sydney).

Anda bisa melakukan konfigurasi static route dengan dua cara yang berbeda. Dengan serial link point-to-point, anda juga bisa melakukan konfigurasi kepada interface outgoing ketimbang pada IP address router pada hop berikutnya. Misalkan anda bisa mengganti ip route diatas dengan command yang sama yaitu ip route 10.20.2.0 255.255.255.0 serial0 pada router pertama pada contoh diatas.

Kita sudah memberikan konfigurasi pada router Sydney dengan menambahkan static route, sayangnya hal ini juga belum menyelesaikan masalah. Konfigurasi static route pada router Sydney hanya membantu router tersebut agar bisa meneruskan paket pada subnet berikutnya, akan tetapi kedua router lainnya tidak mempunyai informasi routing untuk mengirim paket balik kepada router Sydney.

Misalkan saja, sebuah PC Jhonny tidak dapat melakukan ping ke PC Robert pada jaringan ini. Masalahnya adalah walaupun router Sydney mempunyai route ke subnet 10.20.2.0 dimana Robert berada, akan tetapi router Perth tidak mempunyai route kepada 10.20.1.0 dimana Jhonny berada. Permintaan ping berjalan dari PC Jhonny kepada Robert dengan baik, akan tetapi PC Robert tidak bisa merespon balik oleh router Perth kepada router Sydney ke Jhonny, sehingga dikatakan respon ping gagal.

Keuntungan static route:

  • Static route lebih aman disbanding dynamic route
  • Static route kebal dari segala usaha hacker untuk men-spoof paket dynamic routing protocols dengan maksud melakukan configure router untuk tujuan membajak traffic.

Kerugian:

  • Administrasinya adalah cukup rumit disbanding dynamic routing khususnya jika terdiri dari banyak router yang perlu dikonfigure secara manual.
  • Rentan terhadap kesalahan saat entry data static route dengan cara manual.

Lihat juga beberapa artikel sebelumnya:

0 komentar

Memperbaiki Bad Sector Pada Hard Disk

Memperbaiki Bad Sector Pada Hard Disk


Pada artikel ini saya akan mencoba memberikan solusi kepada anda untuk memperbaiki bad sector yang mungkin menimpa hard disk anda.


Namun sebelum saya menjelaskan langkah demi langkah memperbaiki bad sector, sebelumnya perlu anda ketahui bahwa bad sector terbagi menjadi 2 macam, yaitu bad sector secara hardware/fisik/mekanis dan bad sector secara software.


Bad sector secara fisik yaitu kondisi dimana hard disk anda rusak secara fisik, hal ini bisa terjadi karena tergores, kotor karena debu atau mungkin karena terbentur benda keras. Sedangkan bad sector secara software adalah kondisi dimana file system yang ada pada hard disk anda rusak, hal ini umum terjadi karena mati listrik sedangkan hard disk sedang bekerja keras.


Pada artikel ini saya hanya akan membahas bagaimana memperbaiki hard disk yang terkena bad sector secara software, bukan secara hardware, pasalnya bad sector secara hardware hampir tidak bisa diperbaiki. Jika dari anda ada yang belum mengetahui bagaimana caranya memeriksa kondisi hard disk, silahkan baca artikel saya sebelumnya yang berjudul Cek Kondisi Hard Disk.


Sebelum anda melakukan cara-cara di bawah ini, pastikan data yang ada pada hard disk yang terkena bad sector sudah di backup di media lain misal hard disk eksternal, DVD atau media lainnya yang bisa menampung seluruh data yang ada pada hard disk anda.


Dalam usaha memperbaiki hard disk yang terkena bad sector ini, saya akan memberikan 3 alternatif cara yang bisa anda pilih yaitu menggunakan software bawaan dari vendor hard disk, menggunakan software EASEUS Partition Master dan yang terakhir menggunakan software HDD Low Level Format Tool (seluruh software yang ada pada artikel ini bisa anda download pada link dibagian akhir artikel ini).



  1. Menggunakan Software Bawaan Vendor Hard Disk


    Untuk memberikan kepuasan kepada konsumen atau penggunanya, vendor hard disk biasanya memberikan software yang dapat anda gunakan untuk menganalisa atau memperbaiki hard disk. Jika hard disk anda bermerek Seagate, anda bisa menggunakan Seatools for Window atau Seatools for DOS (untuk pengguna yang masih awam seperti saya, saya menyarankan untuk menggunakan yang versi for windows).


    Untuk anda yang menggunakan hard disk bermerek Western Digital anda bisa menggunakan tools “Western Digital Lifeguard Diagnostics”. Pada tools Western Digital Lifeguard Diagnostic terdapat fasilitas Write Zero yang berfungsi untuk memperbaiki hard disk seperti bad sector.


    Untuk anda yang menggunakan merek lain selain yang telah saya sebutkan di atas, silahkan kunjungi official website vendor hard disk anda.


  2. Menggunakan Software EASEUS Partition Master


    Selain fungsinya sebagai software yang dapat memudahkan anda dalam mengelola partisi hard disk, EASEUS Partition Master juga dapat anda gunakan untuk memperbaiki hard disk yang terkena bad sector dan berikut ini langkah-langkahnya:



    • Jalankan EASEUS Partition Master (yang belum memiliki programnya, anda dapat mendownload pada link di bawah artikel)

    • Lakukan scanning terhadap partisi yang ada pada hard disk untuk mengetahui letak dari bad sector. Untuk melakukan scanning, klik kanan pada suatu partisi » Advance » Check Partition



    • Setelah anda mengetahui letak partisi yang terkena bad sector, klik kanan partisi tersebut dan pilih delete. Pada menu selanjutnya pilih “Delete Partition and Destroy Data” dan klik OK



    • Pada bagian atas software EASEUS Partition Master, klik Apply untuk menjalankan proses pendeletan dan tunggu hingga proses selesai





  3. Memperbaiki Bad Sector Menggunakan HDD Low Level Format Tool


    Sesuai dengan namanya, HDD Low Level Format Tool akan melakukan format terhadap hard disk secara mendalam. Perlu anda ketahui bahwa melakukan format secara low level berarti anda akan memformat seluruh hard disk, dengan begitu, semua data pada hard disk anda akan hilang secara permanen alias tidak bisa direcover lagi. Namun justru ini yang menurut sata lebih efektif ketimbang menggunakan 2 cara sebelumnya.


    Seperti yang telah saya katakan di atas, bahwa pada langkah ini anda akan melakukan formatting terhadap 1 hard disk bukan suatu partisi, untuk itu, untuk melakukan formatting anda harus melakukannya di komputer lain.


    Berikut langah demi langkah melakukan formatting terhadap hard disk anda menggnakan HDD Low Level Format Tool:



    • Jalankan software HDD Low Level Format Tool yang sebelumnya harus terinstall terlebih dahulu di komputer anda

    • Pilih hard disk yang hendak anda format (bukan hard disk yang berisi system operasi) lanjutkan dengan klik continue



    • Pilih tab LOW LEVEL FORMAT pada bagian atas, jika anda sudah yakin, klik FORMAT THIS DEVICE dan tunggu hingga proses selesai








Sekarang, cek hard disk anda menggunakan software EASEUS Partition Master seperti pada langkah 2, jika hard disk anda sudah tidak menunjukkan ada error bad sector, berarti hard disk anda sudah sehat kembali. Saatnya anda pasang kembali ke komputer aslinya dan silahkan di install system operasi kesayangan anda.


Merasa artikel ini bermanfaat? jangan lupa untuk berlangganane artikel bermanfaat lainnya ke email anda dengan memasukkan alamat email pada isian di bawah. Untuk anda yang ingin menyumbangkan sedikit uang anda, anda bisa mendonasikannya untuk kemajuan Software Magazine.


Download HDD Low Level Format Tool

Download EASEUS Partition Master


Artikel Memperbaiki Bad Sector Pada Hard Disk ini pertama kali ditulis oleh Drajat A Ghozali di blog Majalah Komputer Online. Artikel ini bebas untuk didistribusikan ulang untuk kepentingan non komersial selama mencantumkan nama penulis dan sumber artikel serta tidak mengubah isi.
0 komentar

Mempercepat Koneksi Internet Dengan DNSSpeeder

Sebenarnya banyak cara yang dapat anda lakukan untuk mempercepat koneksi internet anda, baik menggunakan tools ataupun memaksimalkan settings default pada browser atau OS yang anda gunakan.


Untuk tips kali ini, saya akan memberikan sedikit tips bagaimana meningatkan kecepatan koneksi internet anda dengan DNSSpeeder.


DNSSpeeder adalah software gratis (Free Software) yang diposisikan menjadi DNS Proxy. Detail cara kerja dari DNSSpeeder adalah memposisiskan dirinya menjadi DNS Proxy yang selanjutnya membaca IP Address dari domain yang sedang anda buka lalu DNSSpeeder akan menyesuaikannya dengan yang ada dalam komputer anda. Jika DNSSpeeder tidak menemukan cache dalam komputer anda, maka IP Address dari domain tersebut akan dikirimkan ke beberapa server DNS yang ada, hasil cache tersebut akan dikirimkan kembali ke komputer anda sebagai client nya. Dengan cara kerja di atas, akan membuat proses membuka halaman website akan lebih cepat.


Jika anda hendak menambahkan DNS lain, anda dapat melakukannya dengan menekan tombol insert di bagian kiri atas DNSSpeeder. Contoh anda dapat menggunakan DNS dari OpenDNS yang memiliki IP Address 208.67.222.222 dan 208.67.220.220.



DNSSpeeder tidak memerlukan proses installasi, untuk meggunakannya anda cukup meng klik 2 kali file DNSSpeeder.exe yang ada pada file yang telah anda download. Agar setiap kali komputer anda dihidupkan DNSSpeeder bisa langsung berjalan, centang pilihan Start at login.


Download DNSSpeeder


Artikel Mempercepat Koneksi Internet Dengan DNSSpeeder ini pertama kali ditulis oleh Drajat A Ghozali di blog Majalah Komputer Online. Artikel ini bebas untuk didistribusikan ulang untuk kepentingan non komersial selama mencantumkan nama penulis dan sumber artikel serta tidak mengubah isi.
0 komentar
 
 

© Bluberry Template Copyright by Ringkai project work Spot

Template by Blogger Templates | Blog-HowToTricks